Rabu, 02 Mei 2012

PERKEMBANGAN FILSAFAT



A.    Karakteristik Filsafat Zaman Modern
Filsafat Modern yang dimulai sejak abad ke-15, terbagi pula dalam beberapa periode : Periode Renaissance, Barok, Romantik, dan Kontemporer (Mutakhir). Zaman Renaissance atau “ kelahiran kembali” (Sekitar tahun 1400-1600), merupakan jembatan antara abad peretengahan dan zaman modern. Pada masa ini, kebudayaan Yunani dan Romawi dikaji kembali yang memberikan inspirasi bagi perkembangan seni, filsafat dan ilmu. Sasran pemikiran diarahkan kembali kepada manusia (Antropos). Manusialah yang menjadi substansi utama dari realitas, bukan kosmos ataupun Tuhan yang berda di luar diri manusia.Berkembanglah filsafat humanisme yang memberi tekanan pada derajatkemanusiaan. Masalah kebebasan manusia dipersoalkan, yaitu apakah manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang mempunyai kebebasan (freedom), yang memiliki kemauan bebas (free will) ataukah ia makhluk yang tidak bebas, artinya ia tidak mempunyai kebebasan untuk memilih atau untuk menentukan apa yang ingin dilakukannya. Dalam hubungan ini timbul aliran Determinisme, Indeterminismedan Self-Determinisme.[1]
                     I.            Aliran Determinisme
Aliran ini menganggap bahwa segala sesuatu dalam alam ini, termasuk manusia, telah di atur oleh hukum sebab akibat atau hukum kausalitet.Dunia Sains atau ilmu pengetahuan mempunyai asumsi bahwa setiap benda ditentukan oleh hukum alam. Bentuk lain dari Determinisme ialah aliran Predestinasi yang berpendapat bahwa nasib seseorang sudah ditentukan oleh Tuhan, dan aliran Fatalisme yang berpendapat bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Tuhan dan manusia tidak mampu merubahnya lagi.
                II.            Aliran Indeterminisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia itu pada hakekatnya mempunyai kemauan bebas (Free Will) untuk menentukan atau memilih alternatif bagi dirinya. Memberikan alternatif masa depan, dan manusia bebas memilih alternatif yang dipandang baik baginya. Sudah tentu bahwa kebebasan memiliki keterbatasan, yaitu dibatasi oleh tanggung jawab.
             III.            Aliran Self-Determinisme
Aliran ini merupakan jalan tengah antara kedua aliran tersebut di atas. Dalam batas-batas tertentu kebebasan dan ketidakbebasan dapat digabungkan. Menurut Titus, Smith, dan Nolan, ada empat hal yang membuktikan bahwa manusia mempunyai kebebasan memilih, yaitu : (1) adanya rasa kesadaran yang langsung tentang kebebasan. (2) adanya rasa tanggung jawab pribadi. (3) adanya pertimbangan moral, dan, (4) adanya kemampuan berpikir dari manusia.[2]
Muncul dan berkembangnya  filsafat Barat Modern diawali oleh Zaman Renaissance, sebuah gerakan intelektual yang hendak membangkitkan kembali kegiatan berpikir yang berkembang pada Zaman Yunani Kuno. Dan salah satu cara  mereka perlihatkan adalah ingin menghidupkan kembali “rasionalisme keilmuan”, subyektivisme”, dan “humanisme”, terlepas dari pengaruh dan dominasi agama (gereja), sehingga oleh J. Burekhardt (1860 M)[3] , menganggap bahwa filsafat modern merupakan kebangkita kembali kebebasan berpikir sebagai sebuah periode yang dilawankan dengan Zaman Pertengahan dan ini merupakan harapan sebuah harapan bagi ahli pikir untuk menrmukan jati dirinya sebagai manusia yang selalu berpikir.
Lahirnya Zaman Modern juga tidak lepas dari pemikiran dan hasil terjemahan –terjemahan filsuf islam, diantaranya : Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibn Rusyd. Mereka menerjemahkan  filsafat Yunani dan menyebarluaskan ke Eropa dan dipelajari oleh Aristoteles. Dan ini merupakan salah satu sumbangan mereka mengantarkan kemoderenan Barat. Dan berkat keberanian Descrates yang menentang aliran dan melawan arus orang-orang gereja dengan tujuan dia ingin melepaskan dari kekangan gereja.[4]
Beberapa tokoh Zaman Modern diantaranya : Rene Descrates (1596-1650), B. Spinoza (1632-1677), dan Leibniz (1645-17100. Mereka menyusun suatu system filsafat menggunakan metode Matematika (Logika Kepastian) yang akhirnya membentuk diri menjadi sebuah paradigma berpikir rasional (Rasionalisme).
Galileo muncul denagan memberi arah bagi perkembangan ilmu alam, Leonardo Da Vinci dengan pemikirannya tentang dasar ilmu alam dan Matematika. Copernicus pendapatnya mengenai bumi mengelilingi matahari yang menggulingkan pemikiran Aristoteles.
Zaman Modern dapat juga dikatakan sebagai “Zaman Pembentukan Subjektivitas”. Hampir semua ahli pikir ketika itu menyelidiki segi-segi subjek manusia, “Aku” sebagi pusat segala kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam kenyataan, baik kebebasannya, tindakannya, kehendaknya, pengamatannya dan perasaannya. Keseluruhan sejarah filsafat ini dapat dilihat sebagai rantai perkembangan pemikiran tentang manusia mengenai sujektivitas.Penyelidikan dalam hal ini tertuju pada “ rasio” yang menurut mereka merupakan alat  terpenting bagi manusia untuk memahami dunia dan mengatur hidupnya.
B.     Masa Renaissance
Renaissance artinya lahir kembali yang digunakan para sejarawan untuk menunjukan berbagai periode kebangkitan intelektual, terutama yang terjadi di Eropa dan Italia. Jules Michelet[5] orang pertama menggunakan istilah renaissance dan dikembangkan oleh Jacob Burchardt. Kehadiran Renaissance di Eropa merupakan buah hasil perkembangan pemikiran manusia. Dan mereka pada saat itu lebih memperhatikan pada persoalan subyektivitas. Yang memandang bahwa manusia sebagai masyarakat hanya sekedar alat untuk memperkembangkan dirinya sendiri yang berbeda dengan pemikiran orang Zaman Pertengahan.
Ciri utama renaissance adalah Humanisme, Individualisme, Emperisme, dan Rasionalisme. Filsafat berkembang bukan pada masa renaissance tapi sesudah Zaman Modern dari hasil semangat emperisme ilmu pengetahuan berkembang pesat. Dan agama Kristen mulai ditinggalkan karena semangat humanismepada Zaman Modern. Oleh karena itu, zaman modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance, secara esensial zaman renaissance tidak berbeda dengan zaman modern dan ciri filsafat renaissance ada pada filsafat modern.
Adapun manifestasi utama Renaissance adalah : Gerakan Humanisme yang berusaha tidak hanya menerjemahkan karya-karya Yunani dan Romawi, tetapi juga mencari nilai atau gaya hidup manusia yang terkandung didalamnya.[6]
C.    Zaman Aufklarung
Dengan munculnya ilmu pengetahuan pada masa renaissance maka muncullah  langkah baru disebut dengan Aufklarung atau Masa Pencerahan, atau sebagai Peremajaan Pikiran. Dan tokoh-tokohnya adalah : Inggris J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753),D.Hume (1711-1776), dan Prancis JJ. Russeau (1712-1778), umumnya mereka mendasarkan pengetahuan pada pengalaman nyata, sehingga mengarah kepada realisme yang naïf yang mengakui kebenaran objektif atas dasar pengalaman yang tanpa penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah ketika filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804) muncul mencoba menciptakan suatu sintesis dari rasionalisme dan empirisme sehingga dianggap sebagai filsuf terpenting di Zaman Modern. Keberagaman pemikiran lahir ketika itu maka lahirlah semacam aliran – aliran perkembangan filsafat Barat.

a)      Rasionalisme
Merupakan pendekatan filosofis akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan pelopor Rasionalisme. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596-1650), Baruh de Spinoza (1632-1677),
 dan Gottfried Wilhelm Leibnitz (1646-1716).
b)     Empirisme
Doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme yang menganggap bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman. Tokoh empirisme pada umumnya memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman. Tokoh termuka aliran ini adalah Thomas Hobbers 91588-1679), John Locke (1632-1704) dan D. Hume (1711-1776).
c)      Kantianisme
Telah terjadi pertarungan akal dan hati (iman) dalam sejarah filsafat dalam berebut dominasi dan mengendalikan jalan hidup manusia. Dalam masalah ini ada tiga filsuf yang menyelesakannya, yaitu Sokrates yang berhasil menghentikan pemikiran sufisme dan menundukkan akal dan iman pada posisinya. Kedua Descartes yang berhasil menghentikan dominasi  iman (Kristen) dan menghargai kembali akal, dan Kant[7] yang berhasil menghentikan sufisme modern untuk menundukkan kembali akal dan iman pada kedudukan masing-masing.
d)     Idealisme
Idealisme memandang idea sebagai kunci masuk ke hakekat realitas dan seluruh realitas, menurut mereka bersifat mental (spiritual, psikis). Dan argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.tokoh idealism adalah John Gottlieb (1762-1914), F.W.S. Schelling (1775-1854) dan F. Hegel (1770-10310.


e)      Positivisme
Positivisme dadalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan di kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Pelopor utama aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857).[8]
f)       Pragmatisme
Aliran ini adalah pragmatik dan menetukan nulai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya. Kegunaan praktisnya di sini bukanlah sebuah pengakuan kebenaran objektif dengan kriterium praktis, tetapi sejauh dapat memenuhi kepentingan – kepentingan subjektif individu. Tokoh Populer aliran ini adala William James (1842-19100.
g)      Fenomenologi
Istilah Fenomenologi telah digunakan Hegel[9] dalam karyanya tentang hakikat dari kehidupan moral. Namun, tidak seluruhnya jelas apa yang dimaksudkannya. Ahli Fenomenologi yang pertama adalah Edmund Husserl (1859-1938) yang memulai karir filsafatnya dengan suatu buku tentang dasar-dasar ilmu hitung, danm dia dikenal dengan doktrin ajarannya tentang “Fenomenologi Murni”.
h)     Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran pemikiran yang menekankan keapaan sesuatu. Lebih jauh eksistensi adalah kesempurnaan. Dengan kesempurnaan, sesuatu, menjadi sesuatu eksisten. Eksistensialisme merupakan sebuah gerakan filosofis yang menentang esensialisme.Tokoh terpenting aliran ini adalah Soren Kierkegaard (1813-1855), Nietzsche (1844-1990), dan Heidegger (1889-1976).


D.    Filsafat Analitik
Filsafat Analitik merupakan akhir sebuah perjalanan logika kefilsafatan modern, sebab sesungguhnya perkembangan pemikiran dari suatu period eke periode berikutnya adalah perkembangan pemikiran manusia dalam memahami, mengerti bahasa itu sendiri.
      Tokoh sentral filsafat analitik adalah Ludwig Wittgenstein (1889-1951). Ia mencoba meluruskan bahasa yang digunakan atomisme logisnya Russel dan Positivisme logis. Menurutnya, setiap yang dipikirkan dapat diucapkan.
a)      Strukturalisme
Asal kata “Stucturalism” (ing), dari bahasa latin (Struere),yakni membangun. Stukturalisme dipandang sebagai sebuah gerakan filosofis masa kini yang membawa suatu doktrin bahwa setiap lapisan masyarakat dan kebudayaaan, memiliki suatu stuktur yang sama dan tetap. Adapun karakteristik filsafat Strukturalisme adalah memusatkan penyelidikan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyingkapan sifat-sifat instrinsik yang tidak terikat oleh waktu dan penetapan hubungan antara fakta dan nunsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan.
b)     Vitalisme
            Vitalisme merupakan sebuah doktrin yang mengajarkan bahwa kegiatan organisme hidup berkaitan dengan daya atau prinsip vital yang berbeda dari daya-tarik fisik yang lain dalam alam semesta. Salah satu penganut vitalisme adalah Henri Bergson (1859-19410. Menurutnya, hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia, yang berkembang dengan melawan penahanan atau penentangan materi, yakni suatu yang lamban yang lamban menentang gerak, yang oleh akal dipandang sebagai materi atau benda.



PENUTUPAN

Filsafat adalah sebagai induk pemikiran ilmiah yang selalu ada dibelakang setiap kemajuan suatu peradaban. Secara historis filsafah Berkembang dalam enam periode,tiga periode yang awal (purba,yunani,iskandariah) digolongkan dalam aliran klasik.lalu periode filsafat pertengahan yaitu aliran filsafat islam dan yang terakhir periode ilmiah renesance dan modern menjadi periode filsafat modern.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran filsafat Zaman Modern telah membuahkan lahirnya pemikir-pemikir yang brilian yang memperlihatkan pemikiran yang bebeda-beda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya dan berhasil membentuk teorinya masing-masing, namun, kadang-kadang dapat juga dipertemukan. Berpikir memang sudah menjadi pekerjaan manusia, setiap yang ingin berbuat sesuatu sebelum dia melakukannya pasti dia berpikir, Allah juga menyuruh kita untuk terus berpikir dengan perintahnya, Apalaa Ta’qiluun, Apalaa Tadabbaruun, Apalaa Tufakkirun. Dan ini menjadi warisan bagi seorang muslim sejati untuk terus berpikir. Dan Ilmu Filsafat terus berjalan didunia ini, terus dikembangkan, selama manusia itu tidak menyalahgunakan dengan hasil pemikirannya.









DAFTAR PUSTAKA

Drs. Fuadi, M.Hum, dkk, Studi Filsafat Umum, Fakutas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry, 2003.
Dr. Syamsul Rijal, M.Ag. dkk. Filsafat Umum, Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2010
Darwis A. Soelaiman,Filsafat Pendidikan Barat, Syiah Kuala Press, Univ. Syiah Kuala, Banda Aceh.
Drs. Abdul Rozak, M.A, Drs. H. Isep Zainal Arifin, M.A, Filsafat Umum,Bandung, Gema Media Pusakatama, 2002.
 Drs.Burhanuddin Salam jakarta ;Bumi Aksara 2005.
Ahmad Amin, Dhuh al-islam , Jilid I, Kairo: Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyyat, 1972.




[1] Darwis A. Soelaiman,Filsafat Pendidikan Barat, Syiah Kuala Press, hal. 43
[2] ‘Ibid
[3]Ahmad Syadali, Filsafat Umum, Pustaka Setia,Bandung,1997.hal. 146
[4] Dr. Syamsul Rijal, M.Ag. dkk. Filsafat Umum, Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2010
[5]Jules Michelet adalah sejarawan yang mula-mula menggunakan istilah Renaissance.
[6] ‘Ibid
[7] Immanuel Kant adalah seorang kritikus dan pemikir besar di Barat.
[8] Auguste Comte adalah Seorang Filsuf Perancis
[9] G. Wilhem Friderich Hegel (1770-1831) adalah lahir di Jerman ia belajar Teologi dan Filsafat di Tubingen dan menjadi dosen filsafat. Pusat filsafat Hegel adalah Konsep Geist (roh, spirit).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar