Selasa, 28 Februari 2012

BERSAMA BERBUAT UNTUK AL-MANAR


Mendirikan, mengelola dan melestarikan nilai-nilai Pesantren Modern adalah akumulasi perjuangan yang tidak ringan. Pola, sistem, program kegiatan dan operasional di dalamnya harus betul-betul di rencanakan dengan penuh pertimbangan. 


                  Komponen penting dalam dunia pesantren adalah terdiri dari: Pimpinan, Guru/Pengurus, Santri, Wali santri dan Masyarakat. Orientasi pendidikan harus benar-benar mengakomodasi kebutuhan umat dan masyarakat. Tidak cukup mengedepankan keimanan saja, tapi juga harus berilmu dan dapat beramal secara maksimal.
Dalam dunia pesantren tidak mengenal dikotomi keilmuan antara umum dan agama, itu hanya terjadi pada tataran perundangan Nasional saja, sementara prespektif lembaga pendidikan pesantren tetap menyatakan bahwa semua ilmu berasal dari satu sumber, yaitu dari Allah Swt.
Berkaitan dengan komponen penting di Al-Manar, maka kita mempunyai tatanan ’Barisan’ yang rapi, yang berlapis-lapis untuk menggerakkan roda kegiatan.Pimpinan, key person untuk mengendalikan segala aktifitas.

                  Dalam kenyataannya, pesantren memang dekat dengan masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat merasa memilikinya. Bahkan jika sang Kyai/Tengku wafat, ribuan orang berbondong-bondong ta’ziyah (melawat) mengantar kepergiannya, sebagai bentuk penghormatan terakhir, inilah yang menjadi keunggulan tersendiri dalam system pendidikan pesantren, merakyat dan memasyarakat.
Keunggulan lain yang dapat kita temukan dalam pola pendidikan pesantren adalah system pendidikan 24 jam setiap hari, para santri tidak pernah berhenti belajar. Pagi, siang, malam hingga menjelang pagi berikutnya dan begitu seterusnya, pesantren tak lekang dari kegiatan belajar.
System pengajaran pesantren yang non stop itu telah terbukti mencerdaskan santri secara utuh. Semua sasaran pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh Benjamin S. Bloom, yaitu Kognitif(Pikiran dan hafalan), Afektif(Feeling atau emosi), dan Psikomotorik(Tindakan) telah digarap dalam system pengajaran pesantren.
Sebab dalam pesantren pengalaman para santri diramu dengan pengalaman dan praktek. Bahkan, ketika seorang santriingin dinyatakan lulus oleh Kyai, terlebih dahulu mereka diharuskan khidmah(mengabdi) kepada pesantren dengan praktek mengajar disana dalam jangka waktu tertentu.


Tantangan Masa Depan
  Karena pesantren bukan merupakan pusat pendidikan teknologi, maka pengembangan sumber daya manusia alam bidang ini diakui belum memberikan kontribusi besar. Meskipun ada beberapa alumninya yang melek teknologi, tetapi pengetahuan mereka tentang hal itu tidak diperoleh dari pesantren. Padahal, untuk menjadi pilar perubahan sosial, teknologi adalah hal yang mutlak dikuasai.
Dulu, jika seseorang ingin menguasai atau merubah sesuatu cukup dengan memobilisasi massa. Dengan mengumpulkan dan memberikan pengarahan dan pengaruh, sebuah misi akan tercapai.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, jika cara semacam itu masih ditempuh sebagai satu-satunyajalan alternative, tentu akan ketinggalan, termasuk juga dengan system pendidikan pesantren itu sendiri. Padahal selama ini pesantren dianggap sebagai pilar pendidikan yang paling dekat dengan masyarakat. Kita tentu mengetahui bagaimana sebuah perubahan dalam setiap lini kehidupan ini banyak yang dikendalikan  oleh sebuah jaringan berbasis teknologi. Jika dulu pergeseran paradigma dan sosial dimotori oleh pergerakan berbasis massa,  people, maka kini disetir oleh dunia ide berbasis jaringan.
Sedemikian dahsyatnya kekuatan jaringan, ketika tombol di tangan ditekan, akan menimbulkan ledakan besar di belahan dunia lain. Kecepatan pertumbuhan teknologi internet, kini memang telah melipat jarak dan waktu. Untuk berkompetisi dalam dunia jaringan seperti ini, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kualitas.
Maka benar apa yang dikatakan oleh seorang saintis, bahwa, pada dasarnya dunia adalah sebuah ide. Telah terbukti, pengendalian relitas kini berubah dari yang dulu menggunakan cara konvensional, berbasis massa, kini beralih kepada pengendalian berbasis ide, komunikasi melalui jaringan internet. Inilah yang menjadi tantangan masa depan pesantren. Menyadari hal itu, kini banyak pesantren yang meningkatkan kompetensi dengan menggunakan internetsebagai medium komunikasi dan informasi. Bahkan akhir-akhir ini, banyak pesantren yang telah memiliki website atau blog di internet. Paling tidak hal itu akan menjadi alat untuk memobilisasi ide dan gagasan kaum akademisi pesantren ke masyarakat luas, lintas ruang dan waktu.
Jika penguasaan jaringan pesantren telah dimiliki, maka pesantren akan menjadi pusat pergerakan sosial modern yang akan diperhitungkan. Sebab, pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh kalangan regional-local semata, namun juga global, dunia. Demikian juga para alumninya akan semakin mendapatkan tempat di tengah kompetisi yang semakin sulit dan kompleks ini. Apalagi dengan dua keunggulan pesantren yag telah disebutkan diatas, dekat secara emosional dengan umat dan system 24 jam yang memberikan keutuhan sasaran pendidikan; kognitif, afektif dan psikomotorik, maka semakin siap menyongsong masa depan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menuju jaringan pesantren. Pertama, sikap terbuka terhadap perubahan. Keterbukaan sikap akan menjadi modal awal membangun kesadaran mempelajari budaya dan kemajuan yang diraih oleh orang lain. Kedua,  kemerdekaan berpikir santri. Selam ini santri dicitrakan sebagai kaum bersarung yang penuh dengan kejumudan dan budaya taqlid buta. Pemahaman  keagamaan harus diperluas dengan pemahaman bahwa, membangun kehidupan yang lebih baik di dunia ini dengan penguasaan jaringan internet merupakan bagian dari perintah Allah SWT sebagai Khalifah fil Ardl (Manager). Ketiga, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk menyediakan  jasa internet bagi para santri. Keempat, mengirim atau mengintruksikan kepada para alumni pilihan untuk melanjutkan proses studinya pada bidang teknologi ke perguruan tinggi. Dengan begitu, mereka diharapkan bisa memesantrenkan teknologi dan menteknologikan pesantren.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar