Selasa, 28 Februari 2012

TANTANGAN DAN HARAPAN: PERAN PESANTREN DAN KIPRAH ALUMNI DALAM MEMBANGUN UMAT







 Membangun Sumber Daya Manusia seutuhnya yang handal dan berdedikasi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Perlu banyak factor pendukung yang benar-benar memadai, kalaulah di meja-meja perkuliahan diperkenalkan dan diajarkan beberapa teori dan metode mendidik yang sangat efektif dan efisien dalam wacananya, belum tentu di dalam aplikasinya bisa mecapai target yang diharapkan.


                  Secara tekstual memang Tri pusat pendidikan masih menjadi objek yang setrategis dalam menanamkan moral (karakter/kepribadian yang baik), intlektualitas dan life skill (ketrampilan) yang dengan semuanya tadi diharapkan mampu membentuk generasi yang berakhlak mulia, berwawasan luas dan siap bersaing dalam bidang apapun dengan berbekal ketrampilan. Akan tetapi secara kontekstual kita dibenturkan dengan beragam persoalan kompleks diluar teori dan metode yang kita pelajari di dalam perkuliahan, diantranya adalah Budaya Modern, Gaya Hidup dan Idealisme Global yang saat ini masih disikapi dengan permisif sekali oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya Aceh tapi juga Indonesia.
Apa yang harus kita lakukan saat ini adalah berbuat, kemudian berbuat, membuat perubahan dan penyadaran-penyadaran kepada siapa saja yang tidak menyadari betapa mereka telah terintervensi dari segala sisi kehidupannya oleh budaya-budaya yang tidak mereka kenal, oleh gaya hidup yang bukan dari ajaran agamanya, dan pola pikir yang kapitalis– matrealis yang selalu mengedepankan rasio-rasio yang banyak kelemahannya itu.
Dalam suasana alam pendidikan seperti di atas eksistensi pesantren dengan segala kekurangannya dianggap sebagai cikal-bakal sebagai solusi pendidikan umat, dengan biaya yang relative terjangkau, banyak masyarakat pedesaan yang mempercayakan pendidikan putra-putrinya disana. Mereka banyak menaruh harapan pada pesantren, karena disanalah anak-anak dikenalkan dengan ragam ilmu pengetahuan, dunia maupun akhirat dengan system dan alamnya yang begitu kondusif. 
Di pesantren, para santri tidak hanya dididik bagaimana menjalankan ibadah dengan baik, tapi juga cara arif dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Sentuhan sosial para santri akan kian terasah, karena dalam menempuh kehidupan sehari-hari di pesantren, tidak jarang mereka langsung terjun ke medan.
Ketika para tetangga sekitar membutuhkan bantuan, para santri tidak segan-segan untuk memberikan bantuan, tanpa pamrih. Tidak jarang sang Kyai/Tengku justru yang harus mengintruksikan langsung kepada para santri untuk terjun langsung kepada para santri untuk terjun memberikan pertolongan. Maka, bukankah ini yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah?, dimana salah satu aplikasi dari manajemennya para anak didik terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Baik yang berupa kegiatan sosial kemasyarakatan maupun kegiatan sosial ke agamaan.
padu pada system pesantren semenjak kemunculannya, padahal di sekolah-sekolah non pesantren yang seharusnya memiliki system MBS ini, masih harus berpikir seribu kalimasalah dana, tenaga dan opersionalnya untuk mengaplikasikannya.
                  Dalam kenyataannya, pesantren memang dekat dengan masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat merasa memilikinya. Bahkan jika sang Kyai/Tengku wafat, ribuan orang berbondong-bondong ta’ziyah (melawat) mengantar kepergiannya, sebagai bentuk penghormatan terakhir, inilah yang menjadi keunggulan tersendiri dalam system pendidikan pesantren, merakyat dan memasyarakat.
Keunggulan lain yang dapat kita temukan dalam pola pendidikan pesantren adalah system pendidikan 24 jam setiap hari, para santri tidak pernah berhenti belajar. Pagi, siang, malam hingga menjelang pagi berikutnya dan begitu seterusnya, pesantren tak lekang dari kegiatan belajar.
System pengajaran pesantren yang non stop itu telah terbukti mencerdaskan santri secara utuh. Semua sasaran pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh Benjamin S. Bloom, yaitu Kognitif(Pikiran dan hafalan), Afektif(Feeling atau emosi), dan Psikomotorik(Tindakan) telah digarap dalam system pengajaran pesantren.
Sebab dalam pesantren pengalaman para santri diramu dengan pengalaman dan praktek. Bahkan, ketika seorang santriingin dinyatakan lulus oleh Kyai, terlebih dahulu mereka diharuskan khidmah(mengabdi) kepada pesantren dengan praktek mengajar disana dalam jangka waktu tertentu.
Tantangan masa depan
  Karena pesantren bukan merupakan pusat pendidikan teknologi, maka pengembangan sumber daya manusia alam bidang ini diakui belum memberikan kontribusi besar. Meskipun ada beberapa alumninya yang melek teknologi, tetapi pengetahuan mereka tentang hal itu tidak diperoleh dari pesantren. Padahal, untuk menjadi pilar perubahan sosial, teknologi adalah hal yang mutlak dikuasai.
Dulu, jika seseorang ingin menguasai atau merubah sesuatu cukup dengan memobilisasi massa. Dengan mengumpulkan dan memberikan pengarahan dan pengaruh, sebuah misi akan tercapai.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, jika cara semacam itu masih ditempuh sebagai satu-satunyajalan alternative, tentu akan ketinggalan, termasuk juga dengan system pendidikan pesantren itu sendiri. Padahal selama ini pesantren dianggap sebagai pilar pendidikan yang paling dekat dengan masyarakat. Kita tentu mengetahui bagaimana sebuah perubahan dalam setiap lini kehidupan ini banyak yang dikendalikan  oleh sebuah jaringan berbasis teknologi. Jika dulu pergeseran paradigma dan sosial dimotori oleh pergerakan berbasis massa,  people, maka kini disetir oleh dunia ide berbasis jaringan.
Sedemikian dahsyatnya kekuatan jaringan, ketika tombol di tangan ditekan, akan menimbulkan ledakan besar di belahan dunia lain. Kecepatan pertumbuhan teknologi internet, kini memang telah melipat jarak dan waktu. Untuk berkompetisi dalam dunia jaringan seperti ini, hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kualitas.
Maka benar apa yang dikatakan oleh seorang saintis, bahwa, pada dasarnya dunia adalah sebuah ide. Telah terbukti, pengendalian relitas kini berubah dari yang dulu menggunakan cara konvensional, berbasis massa, kini beralih kepada pengendalian berbasis ide, komunikasi melalui jaringan internet. Inilah yang menjadi tantangan masa depan pesantren. Menyadari hal itu, kini banyak pesantren yang meningkatkan kompetensi dengan menggunakan internetsebagai medium komunikasi dan informasi. Bahkan akhir-akhir ini, banyak pesantren yang telah memiliki website atau blog di internet. Paling tidak hal itu akan menjadi alat untuk memobilisasi ide dan gagasan kaum akademisi pesantren ke masyarakat luas, lintas ruang dan waktu.
Jika penguasaan jaringan pesantren telah dimiliki, maka pesantren akan menjadi pusat pergerakan sosial modern yang akan diperhitungkan. Sebab, pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh kalangan regional-local semata, namun juga global, dunia. Demikian juga para alumninya akan semakin mendapatkan tempat di tengah kompetisi yang semakin sulit dan kompleks ini. Apalagi dengan dua keunggulan pesantren yag telah disebutkan diatas, dekat secara emosional dengan umat dan system 24 jam yang memberikan keutuhan sasaran pendidikan; kognitif, afektif dan psikomotorik, maka semakin siap menyongsong masa depan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menuju jaringan pesantren. Pertama, sikap terbuka terhadap perubahan. Keterbukaan sikap akan menjadi modal awal membangun kesadaran mempelajari budaya dan kemajuan yang diraih oleh orang lain. Kedua,  kemerdekaan berpikir santri. Selam ini santri dicitrakan sebagai kaum bersarung yang penuh dengan kejumudan dan budaya taqlid buta. Pemahaman  keagamaan harus diperluas dengan pemahaman bahwa, membangun kehidupan yang lebih baik di dunia ini dengan penguasaan jaringan internet merupakan bagian dari perintah Allah SWT sebagai Khalifah fil Ardl (Manager). Ketiga, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk menyediakan  jasa internet bagi para santri. Keempat, mengirim atau mengintruksikan kepada para alumni pilihan untuk melanjutkan proses studinya pada bidang teknologi ke perguruan tinggi. Dengan begitu, mereka diharapkan bisa memesantrenkan teknologi dan menteknologikan pesantren.
 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar